Senin, April 21, 2008

Blak-blakan Nominal Gaji, Etiskah?

Pernah merasa risih setengah mati ketika ada teman yang menanyakan soal jumlah gaji? The problem is, this one is private matter. Apapun yang Anda anggap sebagai wilayah pribadi, pasti akan terasa tidak nyaman bila ada seseorang yang mencoba menguliknya.


Sebenarnya, Anda berhak merahasiakan atau tidak menjawab pertanyaan tentang gaji. Bertanya dan ditanya tentanya gaji memang seperti membuka dapur seseorang dan seringkali membuat pihak yang ditanya menjadi tidak nyaman. Bukan karena masalah harga diri karena gaji yang lebih kecil ataupun merasa tidak enak karena gaji lebih besar, tapi lebih kepada merasa seperti sedang diinterogasi mengenai masalah dapur pribadi.


Tapi kadang, selalu saja ada orang yang penasaran ingin sekali tahu dapur pribadi Anda ini. Etis ataupun tidak etis, ia akan tetap saja mencecar nominal gaji Anda. Nah, kalau situasi ini membuat Anda terjepit dan tidak nyaman, perhatikan hal berikut.


z
Siapa yang bertanya?
Kalau yang menanyakan gaji adalah sahabat yang memang bisa Anda percaya, mungkin berterus terang bukan hal berat. Begitu pula bila ia satu kantor dengan Anda, tentunya dengan catatan, Anda yakin pemberitahuan gaji itu tidak akan menimbulkan masalah. Patut diingat, blak-blakan soal gaji dapat menimbulkan kecemburuan. Bukan tak mungkin kecemburuan ini bisa mempengaruhi hubungan Anda berdua.
z
Motivasinya bertanya
Apakah sekedar ingin tahu atau ingin membandingkan gaji Anda dengan gajinya atau ada maksud-maksud lain. Bisa saja ia adalah jenis orang yang selalu ingin tahu urusan orang lain termasuk soal gaji.
z
Bagaimana jika Anda tak ingin memberitahu besaran gaji?
Bila merasa tidak nyaman, katakan saja sambil bercanda untuk menghindar. Misalnya, “Yah cukuplah buat dapur mengepul,” atau bisa juga jujur, “Aduuuhh saya nggak nyaman kalau bahas hal-hal kayak gini, Ganti topik aja yuk!”


Yang jelas, bersedia menjawab atau tidak, itu mutlak hak dan keputusan Anda.

Tidak ada komentar: