Senin, April 21, 2008

Enam Langkah Menangani Konflik di Tempat Kerja

Selalu beda pendapat dengan atasan atau adu mulut secara teratur dengan rekan kerja? Hhh. Anda tidak sendiri. Banyak sekali kejadian beda pendapat entah dengan atasan atau rekan kerja di kantor yang tak dapat dihindari.
Jika Anda juga mengalami hal yang sama, selamat bergabung.


Sejumlah manajer personalia alias human resource managers menghabiskan 24-60% waktunya untuk mengurusi masalah karyawan. Jumlah kekerasan di kantor meningkat dengan stabil, demikian menurut studi yang dilakukan oleh Society of Human Resource Management (SHRM). Hampir 60% responden mengaku kekerasan terjadi di organisasinya selama tiga tahun terakhir dan mereka menyebut 'konflik individu' sebagai penyebab utama.


Seperti halnya kelahiran, kematian, pilihan dan perubahan, konflik merupakan fakta yang konstan dalam hidup ini. Selalu ada, bahkan sekeras apapun usaha kita menghindarinya acapkali kena juga. Demikian juga dengan konflik di tempat kerja, khususnya saat Anda berhubungan atau berinteraksi dengan rekan kerja lain. Perbedaan pendapat atau opini yang berlainan adalah hal biasa, bahkan sehat, namun dalam hal hubungan kerja sebuah konflik dapat mengganggu produktivitas dan uang perusahaan, bahkan juga kepuasan karyawan.


Sebanyak 53% karyawan mengatakan waktu mereka hilang hanya untuk mencemaskan mengenai konfrontasi dengan rekan kerja di masa lalu atau yang akan datang, demikian data yang berhasil dikompilasi oleh para peneliti di University of North Carolina. Sebanyak 28% dari responden yang disurvey ini mengaku mereka kehilangan waktu karena sibuk menghindari konflik dengan rekan kerja dan 37% menyatakan bahwa permusuhan di kantor membuat mereka mengurangi komitmen terhadap perusahaan. Sedangkan 22% lagi menyatakan mereka cenderung kurang berusaha untuk meningkatkan kinerja hanya karena konflik di kantor yang memanas.


“Konflik dengan rekan kerja dapat menjadi salah satu bentuk yang paling rentan mendatangkan stres di kantor," ujar Gus Stieber, direktur penjualan nasional di Bensinger, DuPont & Associates, sebuah perusahaan jasa profesional. "Memahami sifat konflik, mengkaji mitos-mitos dan mempelajarinya, kemampuan resolusi konflik dapat mengurangi friksi dan menghalau ketidakpuasan kerja serta produktivitas yang rendah."


Konflik di kantor juga mengindikasikan minimnya kepemimpinan di organisasi tersebut. Apapun alasannya, intervensi awal adalah kunci untuk mengelola konflik sebelum menjadi krisis, saran Stieber. Caranya? Simak tip berikut:


1
Kenali medan tempur
Seberapa penting konflik itu sebetulnya? Apakah benar-benar berdampak pada Anda dan apakah ini masalah kronis? Jika hal ini hanyalah insiden ringan, lupakanlah, saran Steven Menack, seorang mediator bisnis dan perceraian.
2
Harapkan konflik
Putuskan bahwa friksi akan secara berkala muncul dalam hal hubungan Anda dengan orang lain, ujar Stieber. Jangan takut soal ini, kenali tanda-tandanya sejak awal dan cari tahu resolusinya.
3
Gunakan bahasa netral
Hindari menggunakan kata-kata yang menghakimi, meski rekan kerja terbukti seriang berulah, misalnya dengan memberikan laporan paling telat yang menghambat kerja tim. Tegurlah rekan kerja dengan bahasa netral yang tidak membuatnya tersinggung misalnya,"Saya sering frustasi saat tidak bisa mengakses laporanmu karena hal itu membuat tim tidak bisa memenuhi tenggat yang ditetapkan." Lakukan teguran dengan halus tanpa nada sarkastis, saran Menack.
4
Hindari kalimat negatif
Hindari menggunakan kata-kata yang mengandung ancaman atau mengatakan terus-terang bahwa rekan kerja adalah jenis karyawan yang bermasalah. Dengan tetap menggunakan nada positif, rekan kerja akan tetap merasa dihargai. Di sisi lain dia akan merasa bahwa perilakunya selama ini merugikan tim. Menack menyarankan untuk tetap fokus pada masalah, bukan orangnya. Jangan pernah menyerang orang lain karena hal itu akan membuatnya defensif dan menutup diri. Fokus pada tindakan dan konsekuensi saja.
5
Jadilah pendengar yang aktif
Jangan pernah melakukan interupsi pihak lain, desak Menack. Dengarkan dengan sungguh-sungguh dan cobalah memahami apa yang dikatakan orang lain. Biarkan orang lain tahu Anda memahaminya dengan menempatkan diri di posisi orang itu.
6
Siap mengalah untuk menang
Saat perbedaaan pendapat antara Anda dan rekan kerja tampaknya tak mencapai titik temu, saatnya untuk menggunakan pengaruh. Minta orang lain menjadi penengah dan melakukan evaluasi atas apa yang terjadi. Bersikap dewasa dan siap mengalah bukan tindakan yang pengecut kok. Tak semua hal sesuai dengan keinginan kita bukan? Orang yang rela mengalah akan dinilai sebagai bijak dan dewasa. Mengapa tidak mengalah untuk menang saja kali ini?

Tidak ada komentar: