Selasa, April 29, 2008

Jangan Sepelekan Cuci Piring!!


Urusan cuci piring memang sering disepelekan. Setelah makan-makan enak, pastilah harus ada ritual mencuci piring. Meskipun terlihat sederhana ternyata urusan yang satu ini lumayan ribet. Apalagi kalau dikerjakan dengan ngomel atau berat hati!

Pagi ini saat saya akan mencuci cangkir kopi, saya menemui genangan air dalam kitchen sink. Ini menandakan saluran airnya tersumbat kotoran. Wah, ini pasti gara-gara para mbakyu asisten saya kembali melanggar aturan yang saya terapkan. Tiap kali selesai mencuci piring, saringan yang ada di kitchen sink atau tempat cucian harus diangkat, dibuang kotorannya. Tapi mereka sangat sering seenaknya menjawab 'lupa' tiap kali saya tegur.

Padahal kalau dipikir saya harusnya nggak perlu marah. Lha, model cuci piring gaya bule itu memang nggak mereka kenal di kampungnya atau bukan budaya mereka. Mereka biasa cuci piring jongkok di pinggir sumur atau sungai, nggak usah mikir saringan kotoran dan segala tetek bengeknya.

Soal cuci piring ini sebenarnya soal serius, ada hubungan dengan kesehatan keluarga, sama pentingnya dengan makan enak. Saking pentingnya sampai-sampai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memakainya dalam konteks politik, 'keadaan kita saat ini disebabkan oleh para pejabat yang lalu setelah makan enak lupa cuci piring'. Ya, jadilah pemerintah saat ini harus 'cuci piring', membersihkan semua sisa-sisa kotoran.

Wajar saja setelah kekenyangan dan keenakan makan, soal cuci piring memang sering jadi lupa dan dilupakan. Saya sendiri sebenarnya kurang suka cuci piring. Saya lebih memilih memasak dari pada harus cuci piring. Bukan karena tak suka main air dan sabun, masalahnya kuku tangan saya sangat rapuh, mudah sobek. Akibatnya setelah cuci piring, kuku-kuku jari saya retak-retak, dan sobek!

Ritual cuci piring memang tak sama di dunia. Orang Amerika senang mencuci piring di bawah air keran yang mengalir, bisa pakai air panas atau air dingin. Setelah dibilas air, barulah piring dicuci dengan sabun lalu dibilas kembali dan dikeringkan. Seorang teman dari Australia selalu mengisi kitchen sink penuh-penuh dengan air yang sudah diberi sabun cair. Piring kotor langsung dimasukkan ke dalamnya dan digosok-gosok barulah dibilas bersih.

Sedangkan orang kita ada yang memakai air yang ditampung, ada yang pakai air keran mengalir dan ada juga yang mencuci piring di dalam air dalam baskom atau ember kecil sekali (layaknya tukang mi dan gado-gado di pinggir jalan). Gaya mencuci piring ini memang mirip gaya mandi. Kalau orang Jepang selalu menyabuni badan dulu sebelum berendam, maka orang Eropa senang berendam dalam air sabun dengan limpahan busa. Lha, badan kotor kok direndam air sabun?

Apapun caranya dan ritualnya, hasil dari cuci piring harus mengacu pada kebersihan. Piring dan mangkuk harus benar-benar bersih dan dikeringkan dengan lap kering yang bersih (bukan lap kotor) lalu disimpan dalam tempat tertutup. Soal sabun pencuci piring juga pegang peranan untuk menjaga kebersihan atau hygiene.

Banyak orang masih mencuci piring dengan sabun colek (yang harusnya dipakai untuk cuci baju). Itulah yang saya temui suatu hari Minggu saat saya makan mi ayam Bangka Alim langganan saya. Dari mangkuk kaldu panas tiba-tiba tercium aroma sabun deterjen yang nonjok. Wah, langsung saya teriak dan menegur si Alim yang perutnya makin gendut itu. Sabun cair pencuci piring sekarang sudah dilengkapi dengan zat yang bisa membuat lemak mudah larut dan membunuh kuman-kuman.

Soal kesehatan memang berkaitan erat dengan cuci piring ini. Bayangkan saja kalau piring yang dipakai untuk wadah makanan yang bakal masuk ke dalam perut itu tidak bersih. Dicuci dengan air kotor dan dilap dengan lap kotor, licin berminyak dan berbau anyir. Bukan saja bikin selera makan jadi surut tetapi juga jutaan kuman akan ikut berpesta dalam perut. Padahal makanan yang dimasak sudah memakai cara benar dan sehat.

Itulah sebabnya jika jajan di warung kaki lima, saya selalu mengikuti saran ibu saya. "Lihat dulu ember cuci piringnya, bersih atau kotor," demikian wanti-wantinya. Atau paling aman ya bawa wadah sendiri saat jajan. Tapi masak kemana-mana bawa piring ya? Pentingnya sola cuci piring inilah yang membuat tiap kali ada training para UKM dari sebuah pabrik tepung terigu, selalu disertakan masalah kebersihan termasuk urusan cuci piring.

Ibu saya juga punya jadwal khusus buat para asisten baru untuk 'training' cuci piring. Kalau cara ibu saya, piring, mangkuk dan sendok garpu harus dipisahkan. Dibilas dulu, baru digosok dengan air sabun dan dibilas dengan air mengalir. Setelah ditiriskan barulah dilap kering. Khusus untuk panci dan wajan, ada wadah sabut dan sabun terpisah. Demikian juga untuk gelas dan cangkir. 'Kan nggak enak kalau mau minum gelasnya licin bau anyir,' demikian tuturnya.

Kalau ingin lebih canggih memang saat ini dapat dengan mudah dibeli mesin pencuci piring atau dishwasher. Dengan mesin ini piring kotor tinggal disusun di raknya dan mesin dinyalakan. Air sabun akan disemprotkan dan dibilas hingga bersih lalu dikeringkan dengan suhu tertentu hingga kuman mati. Mesin ini biasanya dipakai di hotel-hotel, restoran atau rumah dengan perlengkapan modern. Kalau yang dicuci hanya 2-3 piring tentu saja boros listrik dan air.

Bicara soal cuci piring saya jadi ingin menulis buku tentang 'Manajemen Rumah Tangga' atau bahasa kerennya 'Book of Household Management' yang membahas soal remeh-temeh dalam urusan domestik rumah tangga termasuk cuci piring. Sebagian besar rumah tangga kita kan dikelola oleh para mbak asisten. Bagaimana kita bisa mengajari mereka kalau kita tidak tahu cara yang baik dan benar!

Tidak ada komentar: