Kamis, April 24, 2008

Faisal Basri : "Tertarik Ekonomi Gara-gara Baca Majalah Prisma"


JAKARTA - Nama Faisal Basri cukup memberi warna dalam panggung politik Indonesia. Pribadinya sederhana. penampilannya agak berbeda dari politisi kebanyakan. Jarang tampil formal, sepintas Faisal Basri bahkan seperti aktifis mahasiswa, kemana ia pergi selalu mengenakan tas ransel. Penampilan Faisal Basri yang sederhana itu ternyata tidak terlepas dari prinsip hidupnya yang juga tidak rumit. Bagi Faisal, hidup itu harus mengalir apa adanya. Tidak perlu ngoyo dalam mengejar sesuatu, yang terpenting bagaimana berbuat yang terbaik dan mempunyai manfaat.

Prinsip â€~mengalir' itu bagi Faisal berlaku di segala bidang kehidupan. Kehidupan pribadi pendidikan, karir, politik dan keluarga. Sebab itu kesehariannya diisi dengan berbagai aktifitas tanpa menerapkan jadwal yang kaku. Di tengah kesibukannya mengajar dan aktifitas politiknya, Faisal masih bisa mencurahkan perhatiannya kepada tiga anak dan istrinya. Saat waktu senggang ia menyempatkan diri mengantar anak-anak ke sekolah. "Ternak teri, anter anak, anter istri," canda Faisal sambil tergelak.

Faisal mengaku prinsipnya itu merupakan bentuk keyakinan dirinya bahwa perkara di dunia bukanlah tujuan sehingga dalam menghadapi persoalan Faisal merasa tidak perlu bersungut-sungut jika keinginannya tidak tercapai.

Menurutnya selama pekerjaan dijalankan dengan prinsip nothing to loose maka tidur pun menjadi nyenyak. "Kalau tidak ada beban, tidur jadi nyenyak," kata Faisal yang biasa tidur pukul 02.00 pagi ini.

Dalam kehidupan politik, prinsip itu pun ia terapkan saat dirinya undur diri dari PAN dan memilih menghabiskan waktu sebagai dosen. Saat mundur dari kancah politik, Faisal mengaku hanya mengikuti kata hatinya. Faisal bercerita saat bergabung dalam parpol, ia menganggap, kancah politik itu dapat menjadi alat efektif untuk menyumbangkan pikiran dan tenaganya dalam proses politik. Namun saat impiannya itu tak terpenuhi, ia pun cuek saja lengser dari jabatannya sebagai sekjen PAN.

Faisal tidak perduli dengan konsekuensi yang ia jalani menyangkut sikap vokalnya. "Kita tidak bisa menyenangkan semua orang, sebab jika ingin menyenangkan semua orang kita juga harus bersiap juga untuk dibenci semua orang," terang nya.

Masa Remaja

Faisal lahir dan dibesarkan di Bandung, 6 November 1959 dari pasangan Hasan Basri dan Saidah Nasution. Semasa kanak-kanak, ayahnya bekerja di sebuah perusahaan percetakan di Jakarta. Saat itu Faisal dibesarkan di tengah kondisi keluarga yang pas-pasan. Demikian, Faisal mengaku sangat menyukuri apa yang dialaminya di masa kecil. Salah satunya adalah sikap toleran yang ditularkan ayahnya.

Faisal dibesarkan oleh kedua orang tua yang secara kultural berasal dari kalangan nahdiyin, namun mereka memasukan Faisal di madrasah Muhammadiyah,

"Saat saya salat shubuh, saya tidak membaca qunut. Saya juga tidak melakukan apa yang biasa dilakukan orangtua saya, yaitu tarawih sebelas rakaat, tapi ayah saya tidak keberatan," kisah cucu Adam Malik ini

Mungkin tidak ada yang menyangka saat SMA Faisal adalah sosok murid yang "kurang berprestasi. Saya suka bolos. Rapor saya banyak merahnya," kenang Faisal. Namun justru di masa ini lah ketertarikannya terhadap bidang ekonomi bermula saat ia membaca majalah Prisma. Saat itu persoalan ekonomi yang membuatnya tertarik adalah mengenai teori ketergantungan yang saat itu ramai dibicarakan orang.

Mungkin sebab itu, meski pernah berkiprah dalam jalur partai, dan pendapat politiknya sering dikutip media masa, Faisal lebih suka menamakan dirinya "analis ekonomi," karena pikiran-pikirannya dalam tulisan yang anti mekanisme pasar, Faisal dituding sebagai representasi kaum Sosial Demokrat.

Faisal sangat mengidolakan Nabi Muhammad sebagai pemimpin yang penuh teladan. Namun secara jujur ia mengaku tidak mampu jika harus mengikuti 100 persen apa yang dicontohkan nabi. Setidaknya menurut Faisal, Nabi harus menjadi rujukan. "Kalau saya, mungkin tidak bisa mengikuti contoh kepemimpinan nabi seratus persen. Mungkin 10 persen saja," ujarnya.

Tidak ada komentar: